Maksimalkan Panen Padi dengan Metode SRI dan Bumikita


Widodo Dripp

Minggu,14 Juli 2019

Maksimalkan Panen Padi dengan Metode SRI dan Bumikita

Bagi sebagian rekan petani padi mungkin tidak asing lagi dengan metode SRI (System of Rice Intensification). Yaitu suatu cara usaha tani padi dengan menghemat penggunaan input seperti benih, penggunaan air, pupuk kimia dan pestisida kimia, melalui pemberdayaan petani dan tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Sekilas informasi, metode SRI ini pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1980 oleh seorang pastor asal Perancis bernama Frater Henri de Laulanie, S.J di Madagaskar. Kemudian mulai diperkenalkan ke beberapa negara di dunia termasuk di Indonesia pada tahun 1997 oleh Norman Uphoff (Direktur dari Cornell International Institute for Food, Agricultural and Development) dan pada tahun 1999 dilakukan percobaan SRI untuk pertama kalinya di luar Madagaskar.

Jika dibandingkan dengan metode konvensional, metode SRI yang dilakukan secara benar selama ini terbukti lebih unggul diantaranya dalam hal :

  1. Penghematan air, karena metode SRI ini mensyaratkan penggenangan air maksimum 2 cm dari permukaan tanah selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen pemberian air maksimum 2 cm, dan paling baik kondisi tanah macak-macak (ketinggian air sekitar 5 mm) disertai adanya periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi terputus).
  2. Hemat penggunaan benih. Pada metode konvensional umumnya menghabiskan benih antara 30 – 40 kg/Ha, sedangkan pada metode SRI hanya dibutuhkan 5 - 7 kg/Ha. Biaya tenaga kerja pencabutan benih pun akan berkurang.
  3. Hemat waktu karena umur bibit yang dipindah tanam dari persemaian hanya 5 - 12 hari setelah semai sehingga waktu panen akan lebih awal. Pada metode konvensional bibit ditanam pada usia 20 – 30 hari setelah semai.
  4. Peningkatan hasil panen berkisar antara 40% hingga 75% jika dibanding dengan metode konvensional.
  5. Lebih memungkinkan dan mudah untuk dipadukan dengan sistem pertanian organik secara bertahap sehingga kelestarian lahan dapat terjaga.

Prinsip Budidaya Padi Metode SRI :

  1. Bibit ditanam di lahan saat berusia masih muda yaitu kurang dari 12 atau 15 HSS (hari setelah semai), kira-kira berdaun 2.
  2. Penanaman satu lubang satu bibit dengan jarak tanam minimal 30 cm x30 cm.
  3. Pindah tanam di lahan dilakukan secepat mungkin, tidak lebih dari 30 menit setelah cabut di persemaian, penanaman pada kedalaman dangkal dan harus hati-hati agar akar tidak putus.
  4. Pemberian air maksimum 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu dikeringkan sampai peeah (irigasi berselanglterputus). .
  5. Penyiangan sejak awal sekitar umur 10 hari dan diulang 2 - 3 kali dengan interval 10 hari.
  6. Sistem SRI sangat memungkinkan untuk dikombinasikan dengan sistem organik, tetapi pada lahan-lahan sawah yang telah bertahun-tahun diberikan pupuk anorganik perlu dilakukan adaptasi terlebih dulu dengan pengurangan pupuk anorganik secara bertahap di setiap musim tanam.
  7. Pada penanaman MT 2 dan 3 sisa-sisa jerami pada penanaman sebelumnya harus diberikan waktu agar terdekomposisi dulu dengan baik, atau disemprot dekomposer untuk mempercepat dekomposisi. Penyemprotan dekomposer sebaiknya pada sore hari.

LANGKAH-LANGKAH TEKNIS METODE SRI DAN BUMIKITA

PENGOLAHAN TANAH

Seperti biasa, tanah dibajak sedalam 25 sampai 30 cm sambiI membenamkan sisa-sisa tanaman dan rerumputan. Jika kita memilih budidaya full organik, maka pada pupuk organik yang diberikan berupa pupuk kandang sebanyak 7 – 10 ton. Selanjutnya tanah digemburkan dengan garu, dan lalu diratakan sebaik mungkin sehingga saat diberikan air ketinggiannya di petakan sawah akan merata.

PEMBUATAN PARIT

Pada metode SRI menjaga ketinggian air cukup penting, maka perlu dibuat parit keliling dan melintang petak untuk membuang kelebihan air. Letak dan jumlah parit pembuang disesuaikan dengan bentuk dan ukuran petak, serta dimensi saluran irigasi.

SELEKSI BENIH

Benih yang akan ditanam sebaiknya diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan benih yang bernas sehingga pertumbuhan tanaman nantinya akan seragam dan optimal. Seleksi benih dilakukan dengan menggunakan larutan air garam sebagai berikut:

  • Masukkan air bersih ke dalam ember/panci, kemudian berikan garam dan aduk sampai larut. Masukkan telur itik / bebek mentah ke dalam larutan garam ini. Jika telur itik belum mengapung tambahkan dan larutkan garam hingga telur mengapung.
  • Masukkan benih padi yang akan diuji ke dalam ember / panci yang berisi larutan garam dan aduk-aduk selama kira-kira satu menit.
  • Benih yan mengambang adalah benih yang kurang bernas dan terlalu muda. Pisahkan benih yang mengambang dan hanya gunakan benih yang tenggelam.
  • Tiriskan / saring benih yang tenggelam kemudian cuci cengan air bersih sampai tidak terasa asin ketika benih dijilat.

PERLAKUAN BENIH

Larutkan ORBIOS dengan konsentrasi 5 ml per liter air. Rendam benih yang telah dipilih ke dalam larutan selama 6 – 10 jam. Perendaman dalam larutan ORBIOS ini bertujuan untuk melunakkan sekam gabah sehingga dapat mempercepat perkecambahan benih serta memaksimalkan daya tumbuh.

Benih yang telah direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam kain yang atau karung tepung yang berpori, atau pada tampah yang ditutup kain lembab yang memungkinkan udara masih bisa masuk ke benih padi. Simpan di tempat yang lembab selama 24 jam.

PENYEMAIAN BENIH

Persemaian dengan metode SRI, dilakukan dengan mempergunakan tampah bambu, besek atau ditebar pada petakan khusus persemaian di hamparan sawah.

Untuk menghasilkan kualitas pertumbuhan awal yang baik perlu dibuat persemaian yang baik pula. Berikut cara pembuatan persemaian yang ideal  :

  1. Campurkan tanah, pasir dan pupuk organik dengan perbandingan 1:1:1.
  2. Tampah / besek bambu tempat pembibitan dialasi dengan daun pisang untuk mempermudah pencabutan benih serta menjaga kelembaban media. Kemudian diisi dengan campuran tanah, pasir dan pupuk organik dan disiram dengan air hingga menjadi lembab.
  3. Benih yang sudah dikeringanginkan ditaburkan ke dalam tampah yang berisi campuran media di atas, kemudian ditutup dengan lapisan tanah tipis-tipis.
  4. Letakkan persemaian pada tempat-tempat yang aman dari gangguan binatang.
  5. Selama masa persemaian, pemberian air dapat dilakukan setiap hari agar media tetap lembab dan tanaman tetap segar.

MENENTUKAN JARAK TANAM

Menjelang penanaman benih, terlebih dahulu dilakukan pengukuran atau pembuatan alur tanam dengan memakai caplak agar jarak tanam pada areal persawahan menjadi lurus dan rapi sehingga mudah untuk disiang. Caplak berfungsi sebagai penggaris dengan jarak tertentu. Variasi jarak tanam yang ideal adalah 30 cm x 30 cm, 35 cm x 35 cm.

Penyaplakan dilakukan secara memanjang dan melebar. Setiap pertemuan garis hasi Igaris penyaplakan adalah tempat untuk penanaman 1 bibit padi.

PENANAMAN

Penanaman dengan metode SRI dilakukan dengan langkah-Iangkah sebagai berikut:

  1. Bibit yang ditanam harus harus berusia kurang dari 12 hari setelah semai yaitu saat daun masih berjumlah 2 helai.
  2. Usahakan kondisi lahan saat penanaman tidak tergenang air (cukup berlumpur atau macak-macak) agar memudahkan pemosisian akar tanaman dan menstabilkan posisi bibit.
  3. Pengambilan bibit dari persemaian sebaiknya tidak dengan cara dicabut karena akar masih rentan. Cara yang benar adalah bibit diambil dari persemaian berikut tanahnya.
  4. Bibit padi ditanam tunggal atau satu bibit per lubang.
  5. Penanaman harus dangkal dengan kedalaman 1 - 1,5 cm dan perakaran saat penanaman sebaiknya menyamping seperti huruf L.

PEMUPUKAN

Pada budidaya metode SRI yang dibahas di sini, pupuk yang dipakai adalah anorganik sebanyak 75% dari rekomendasi pemupukan setempat. Jadi antara satu daerah dengan daerah lain berbeda jumlah dan perbandingannya . Namun secara umum akan kita gunakan perbandingan pupuk sebagai berikut :

 

Jenis pupuk

1 hari sebelum tanam

7 – 10 HST

25-30 HST

40 - 45 HST

Total

 Urea (standar 200 kg/Ha - 25% = 150 kg/Ha)

-

45 kg

60 kg

45 kg

150 kg

 SP-36 (standar 150 kg/Ha – 30% = 100 kg/Ha)

100 kg

-

-

-

100 kg

 KCl (standar 100 kg/Ha – 25 % = 75kg/Ha)

-

25 kg

-

50 kg

75 kg

 

Disamping penggunaan pupuk makro, untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan memaksimalkan panen perlu ditunjang dengan mineral penukar kation (ion exchanger) yang tujuannya untuk mengefisiensikan pemanfaatan unsur hara, asam humat dalam bentuk kalium humat, serta pupuk organik enzim untuk memaksimalkan proses metabolisme tanaman. 

 

Jenis bahan

Aplikasi

 MINERKA (penukar kation)

 25 – 50 gr/kg urea, dicampurkan setiap kali pemberian pupuk urea

 STARKA (kalium humat)

 1 -2 gr/liter air, disemprotkan pada usia 15 HST, 30 HST, 40 HST, 55 HST

 ORBIOS (pupuk organik cair enzim)

 2 -3 ml/lter air, disemprotkan pada usia 15 HST, 30 HST, 40 HST, 55 HST

 

PENGAIRAN

Pengairan diberikan dengan ketinggian air di petakan sawah maksimum kurang lebih 2 cm, paling baik macak-macak (ketinggian 0,5 cm). Beberapa periode tertentu petak sawah perlu dikeringkan pada kondisi setengah kering . Pengairan yang berlebihan dapat berakibat tercucinya unsur hara sehingga hanya sedikit yang dimanfaatkan oleh tanaman, selain itu menyebabkan akar kekurangan oksigen dan terhambat perkembangannya.

PENYIANGAN

Penyiangan tanaman liar yang tumbuh di sela-sela tanaman padi bertjuan agar tidak terjadi persaingan penyerapan unsur hara. Gulma yang dibiarkan tumbuh, pada akarnya mengeluarkan zat yang disebut alelopati untuk menghambat pertumbuhan tanaman padi dan mendominasi persaingan penyerapan unsur hara. Penyiangan bisa dilakukan dengan beberapa metode diantaranya :

  • secara manual dengan pencabutan gulma. Metode ini kurang efisien karena memerlukan banyak tenaga kerja dan waktu yang lama.
  • Secara kimiawi menggunakan herbisida purna tumbuh. Metode ini tidak disarankan untuk sistem budidaya organik.
  • Menggunakan alat manual yaitu dengan landak ataupun osrok/gasrok.
  • Penyiangan mekanis dengan menggunakan alat bermesin yang disebut rotary weeder.

Penyiangan lazimnya dilakukan 3 sampai 4 kali. Jadwalnya tidak mesti sama antara lahan satu dengan lainnya. Maka sebaiknya mengamati pertumbuhan gulma di lahan karena biasanya pertumbuhan gulma terpacu setelah pemberian pupuk. Maka sebaiknya gulma dibersihkan sebelum tumbuh optimal.  

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan potensi serangan atau ancaman dan serangan hama / penyakit yang mungkin akan terjadi atau sudah terjadi di lahan-lahan sekitar. Pengendalian hama dan penyakit yang baik harus dilakukan menurut 3 prinsip yaitu :

  • Antisipasi atau pencegahan, yaitu dengan memperkuat fisik tanaman, mencukupi unsur hara / nutrisi secara lengkap dan berimbang, menyeimbangkan pertumbuhan yang terlalu vigor dengan penguatan fisik tanaman, serta meningkatkan daya tahan tanaman.
  • Pengendalian, yaitu jika sudah terdapat serangan hama atau penyakit sejak masih di bawah ambang ekonomis. Metodenya adalah penggunaan pestisida sesuai dengan hama dan penyakit sasaran.
  • Pemulihan kondisi tanaman, artinya pengendalian hama harus diikuti dengan upaya memulihkan kondisi tanaman yang menurun karena dampak hama dan penyakit. Tujuannya agar tidak terjadi penurunan hasil panen yang signifikan. Pemulihan kondisi tanaman dengan cepat dapat dilakukan dengan aplikasi MICRONSEL untuk mempercepat pembentukan sel-sel baru yang sehat, menggantikan sel-sel tanaman yang telah rusak akibat dampak serangan hama dan penyakit.

" Dengan hanya mendengar kita akan lupa, dengan membaca kita ingat, dengan melihat kita paham, dengan melakukan maka kita akan bisa."