Ini Pentingnya Pemberian Pupuk Melalui Daun
Widodo Dripp
Sabtu,15 Desember 2018
Cara standar dalam pemupukan tanaman adalah mengaplikasikan melalui tanah. Metode ini bekerja ketika pupuk dimasukkan ke dalam tanah atau di sekitar zona perakaran kemudian unsur-unsur hara diubah menjadi bentuk tersedia hingga dapat diserap oleh akar tanaman. Akan tetapi tanah bukanlah suatu media yang serba ideal dan selalu terukur. Aplikasi pupuk melalui tanah seringkali mendapati sejumlah kendala di lapangan, dikarenakan faktor kecukupan air di tanah, sifat-sifat tanah (fisik, kimia, biologis), hilangnya unsur hara, sifat mobilitas ion hara, hingga kondisi perakaran.
Minimnya kandungan air dalam tanah di musim kemarau akan membuat pupuk sulit larut dan akar tidak mampu menyerapnya. Sifat fisik tanah juga sangat berpengaruh, berkaitan dengan kemampuan tanah mengikat air, porositas dan kepadatan tanah dan dampaknya terhadap perkembangan akar yang terhambat. Sifat kimia berkaitan dengan kandungan kimiawi tanah seperti keberadaan oksida-oksida mineral, ion-ion hidrogen, serta unsur-unsur lain yang bersifat mengikat atau bereaksi dengan ion pupuk sehingga pupuk menjadi bentuk tidak tersedia bagi akar. Sedangkan sifat biologi tanah berkaitan dengan keberadaan mikroorganisme yang berperan dalam mengubah pupuk menjadi bentuk tersedia. Di musim hujan, aplikasi pupuk melalui akar juga terkendala oleh aliran air pada beberapa tipe tanah tertentu (misalnya tanah berpasir) sehingga unsur hara mudah hilang tercuci.
Beberapa ion hara diantaranya P dan logam Fe, Cu, Zn, Mn mempunyai sifat tidak mudah berpindah (immobile) sehingga unsur yang tidak terjangkau oleh akar pun tidak mampu terserap.
Karena adanya hambatan-hambatan itulah maka tidak semua pupuk yang kita berikan ke tanah bisa tersedia dan terserap oleh akar. Pupuk yang tidak terserap akar inilah yang akhirnya menjadi residu di tanah. Untuk mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur hara maka dosis pemberian pupuk pada tanah biasanya cenderung dilebihkan dari yang sesungguhnya dibutuhkan oleh tanaman.
Sejarah Pemupukan Melalui Daun
Pada tahun 1843 seorang ilmuwan Perancis bernama E. Gris pertama kali melakukan eksperimen pemberian larutan Fe pada tanaman buncis. Tujuannya untuk mengatasi masalah klorosis, dan hasilnya didokumentasikan dalam jurnal tahun1844. Pada tahun 1874, ilmuwan Jerman bernama Mayer melakukan penelitian yang sama dengan subyek larutan nitrogen dalam bentuk amonium. Kemudian pada tahun 1877 Bohm yang juga ilmuwan Jerman meneliti dan menemukan kesimpulan bahwa setiap mineral yang larut air bisa diasup melalui daun. Meski menunjukkan hasil yang efektif, hasil-hasil penelitian ini minim publikasi, diwarnai perdebatan diantara kalangan ahli saat itu, dan dianggap hanya sebatas wacana ilmiah. Hingga 1 abad kemudian hasil penelitian ini diabaikan. Barulah pada tahun 1909, L. Hiltner melakukan riset ulang dengan metode lebih modern dan mengkonfirmasi kebenaran fakta ilmiah semua hasil-hasil riset tersebut. Sejak itulah mulai diperkenalkan ke kalangan praktisi pertanian. Teknik aplikasi pemupukan melalui daun kemudian menjadi landasan bagi penemuan-penemuan pestisida sistemik dan herbisida di masa-masa selanjutnya.
Tujuan dan Manfaat Pemupukan Melalui Daun
- Mengatasi defisiensi unsur hara tertentu secara cepat
Defisiensi hara ini bisa terjadi karena tidak terserapnya unsur-unsur hara yang diberikan melalui pemupukan di tanah sebagai akibat adanya hambatan-hambatan sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Umumnya terhadap unsur-unsur hara mikro karena sifatnya yang mudah bereaksi dengan unsur lain dan immobile (tidak bergerak). Aplikasi pupuk mikro MICRONSEL selama ini sudah umum digunakan untuk mengatasi defisiensi hara mikro dengan cepat.
- Mengoreksi keseimbangan hara.
Berbeda dengan defisiensi hara, ketidakseimbangan unsur hara terjadi karena unsur hara tertentu terserap secara maksimal, sedangkan sebagian lainnya hanya sedikit. Misalnya unsur N terserap jauh lebih banyak dibanding unsur P dan K sehingga tanaman menjadi terlalu vigor, rentan dan sulit berbunga. Hal ini terkait dengan karakter pupuk yang memang kurang cocok untuk tipikal tanah tersebut. Pupuk daun dengan kandungan hara spesifik seperti FOCUS P atau FOCUS K cocok digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
- Pemulihan kondisi tanaman setelah terdampak serangan hama dan penyakit.
Saat tanaman terserang hama atau penyakit sudah barang tentu akan mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas karena adanya kerusakan organ-organ. Sel-sel organ yang rusak ini harus segera diperbaiki dan diregenerasi agar pertumbuhan dan produktivitas kembali normal. Tentu saja harus ada tambahan unsur hara yang bisa bekerja dengan cepat. Pemberian pupuk melalui daun memberikan yang lebih cepat karena unsur hara langsung diberikan pada daun yang merupakan “dapur”nya tanaman sehingga akan lebih cepat diproses. Pada kasus tanaman cabai yang terinfeksi virus TMV dan gemini, selain upaya pengendalian vektornya dengan insektisida, pemulihan sel-sel daun yang telah rusak dapat dikejar dengan MICRONSEL.
- Mengoptimalkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Pemberian unsur hara secara lengkap dan cepat melalui pemupukan lewat daun selama ini terbukti bisa memacu pertumbuhan dan meningkatkan produktivitas panen. Pemupukan lewat daun merupakan jalan bypass (pintas) dimana nutrisi langsung ditujukan pada daun dimana terdapat kloroplas yang mengolah unsur hara, sehingga unsur hara bisa diproses dengan cepat. Meskipun langsung ke sasaran, pupuk daun tidak boleh diberikan secara berlebihan di atas dosis yang dianjurkan karena fungsi daun tidak hanya mengolah nutrien atau fotosintesis tapi juga melangsungkan poses respirasi dan juga transpirasi. Selain itu kapasitas sel-sel daun juga terbatas. Sebaiknya pemberian pupuk daun dilakukan pada dosis sesuai anjuran dan secara berkala, misalnya setiap 1 minggu sekali.
- Pelestarian kondisi lahan
Ada banyak rekan petani yang sangat mempedulikan kelestarian lahan pertanian sebagai aset berharga yang harus dipelihara kelestariannya. Mereka menyadari penggunaan pupuk kimia sintetik pada tanah dalam jangka waktu lama akan mengakumulasi residu garam (traces) yang merugikan kondisi lahan. Sehingga mereka mengupayakan selain menyehakan lahan dengan pembenah tanah, juga membatasi pemberian pupuk kimia sintetik pada tanah. Sebagian unsur hara yang dibutuhkan tanaman diberikan melalui pupuk daun. Dengan demikian dampak akumulasi residu kristal garam pada tanah bisa dikurangi dan tanah lebih mudah disehatkan kembali.
Keterbatasan Pemupukan Melalui Daun
Selain banyak manfaat dan keuntungan dari pemupukan lewat daun, terdapat keterbatasan-keterbatasan yang juga perlu diperhatikan.
1. Pupuk daun tidak dapat menggantikan fungsi pemupukan melalui akar.
Fungsi daun yang utama adalah sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis, melangsungkan proses respirasi dan transpirasi. Sedangkan penyerapan unsur hara berupa mineral merupakan tugas utama akar karena sebagaian besar unsur hara yang bermanfaat bagi tanaman tersimpan di tanah.
2. Tidak semua produk pupuk daun komersial mempunyai spesifikasi dan komposisi yang sesuai dengan karakteristik daun.
Terdapat ratusan formula pupuk daun yang beredar di pasaran baik berbentuk cair maupun garam kristal yang karut air. Tidak semuanya memenuhi syarat sebagai penyedia unsur hara yang berimbang bagi daun karena sel-sel daun hanya mau menerima unsur hara dalam bentuk ion maupun dalam bentuk molekul yang siap dimanfaatkan.
3. Pemakaian pupuk daun berlebihan dosis berdampak negatif langsung pada tanaman
Khususnya pupuk daun berupa garam anorganik baik yang cair maupun tepung kristal larut air (selama ini dikenal sebagai PPC anorganik) tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan dalam penggunaannya. Sel-sel daun memiliki kapasitas terbatas dalam menyerap unsur hara. Pupuk daun anorganik yang diberikan melebihi dosis akan menjadi larutan yang hipertonis dan semakin pekat ketika air pelarutnya sudah menguap sedangkan penyerapan oleh daun belum tuntas. Ketika mengering akan menjadi semacam lapisan kristal higroskopis di permukaan daun, akibatnya cairan sel (protoplasma) akan tertarik keluar dan daun mengalami plasmolisis yang selama ini sering disebut “terbakar” atau keracunan.
4. Aplikasinya harus mempertimbangkan fase-fase tanaman.
Pupuk daun yang bagus adalah bersifat instan, artinya bisa dimanfaatkan tanaman dengan cepat dan memberikan hasil yang nyata. Pupuk daun untuk fase vegetatif berbeda dengan yang untuk fase generatif. Jika kita salah atau terbalik dalam pemberiannya akan berpengaruh pada fase tanaman. Misalnya aplikasi rutin pupuk dengan kandungan N yang tinggi dimana seharusnya untuk fase vegetatif, jika diaplikasikan secara rutin pada fase generatif akan membuat tanaman sukulen, pertumbuhan organ-organ vegetatif seperti daun dan tunas lebih giat daripada pembentukan bunga dan buah. Akibatnya bunga maupun buah banyak yang rontok karena kekurangan energi dan bahan pembentuk karbohidrat. Demikian pula sebaliknya, mengaplikasikan pupuk daun untuk fase generatif pada fase vegetatif secara rutin akan membuat tanaman mengalami pemungaan dan pembuahan dini, dimana tanaman belum siap untuk berproduksi. Akibatnya pembentukan buah tidak bisa optimal, dan kualitas yang dihasilkan tidak sesuai harapan.
Penggunaan pupuk daun secara benar selama ini terbukti banyak memberikan manfaat plus bagi tanaman serta peningkatan keuntungan bagi petani dengan bertambahnya hasil panen dan penghematan pemupukan lewat tanah. Dengan memahami pentingnya aplikasi pupuk daun secara benar semoga tidak ada lagi keragu-raguan bagi rekan-rekan petani untuk selalu berusaha meningkatkan hasil budidaya pertaniannya.
"Teori dan praktek harus berjalan seimbang. Teori yang baik berasal dari praktek yang diilmiahkan, sedangkan praktek yang baik berasal dari penerapan teori yang ilmiah. Selamat berusaha !"
KATEGORI : |
---|
Wawasan & Edukasi |
Teknik Budidaya |
Kendala & Solusi |
Inspirasi & Rujukan |
ARSIP : |
---|
Desember 2018 |
Maret 2019 |
Januari 2020 |
Mei 2021 |
Desember 2022 |
PRODUK TERKAIT : |
---|