ARTIKEL

Layu pada Cabai, Tomat dan Terong - Bag. 2 (Fusarium)


Admin

Senin,11 Maret 2019

Layu pada Cabai, Tomat dan Terong - Bag. 2 (Fusarium)

9110

     

Pada tulisan bagian 1 telah dibahas tentang layu bakteri. Berikut ini tulisan bagian 2 yang membahas tentang penyakit layu yang disebabkan oleh jamur fusarium.

LAYU FUSARIUM

Fusarium merupakan genus cendawan (fungi) dengan variasi spesies terbanyak yaitu sekitar 120 spesies, 15 diantaranya merupakan patogen bagi tanaman. Dari 15 spesies tersebut yang paling umum menyerang tanaman solanaceae adalah Fusarium oxysporum dan Fusarium solanii. Berkembang biak dengan 2 spora aseksual yaitu makrokonidium dan mikrokonidium. Merupakan jenis patogen tular tanah (soil borne) penyebab layu dan busuk pangkal batang. Berkembang optimal pada kondisi tanah lembab, cukup oksigen, dan yang paling utama adalah media (tanah) yang asam dengan pH berkisar 4,5 - 6. Penyebarannya bisa melalui aliran air tanah, pengangkutan media tanam benih, partikel tanah kering yang terbawa angin, alat pertanian, serta kompos yang mengandung sisa-sisa tanaman berspora.

Meski sporanya tidak bergerak secara mandiri sebagaimana bakteri, serangan fusarium bisa menyebar dan menular secara cepat pada lahan-lahan yang mempunyai sejarah serangan fusarium di musim-musim terdahulu. Infeksi fusarium tak tidak memerlukan adanya pelukaan pada akar tanaman, tetapi cukup dengan memanfaatkan kondisi tanaman inang yang lemah. Bisa karena tanaman sedang mengalami stress fisiologis, kekurangan air, sedang mengalami fase peralihan, dan kurang nutrisi. Bagian yang paling mudah diinfeksi oleh fusarium adalah pembuluh tapis (phloem) karena jaringan ini memiliki dinding sel yang tipis sehingga mudah dicerna dan diembus oleh hifa jamur fusarium. Floem bertugas menyalurkan hasil fotosintesa (fotosintat) ke seluruh organ termasuk bagian bawah tanaman serta mengatur aliran unsur hara, sehingga kerusakan pada floem berarti kematian bagi tanaman.

Ciri-ciri infeksi fusarium pada tanaman solanaceae selanjutnya adalah :

  1. Tanda awal adalah warna pucat pada tulang-tulang daun, kemudian merata dan daun mulai tampak lunglai.
  2. Pada lahan yang baru-baru terkena layu fusarium biasanya ditandai dengan serangan yang hanya terjadi pada beberapa batang tanaman kemudian menular ke tanaman berdekatan.
  3. Sedangkan pada lahan yang sejarahnya pernah terserang sebelumnya, di tanah sudah terinfestasi spora dorman, gejala serangan cenderung serempak dan hampir merata, tidak ditandai dengan kelayuan bertahap seperti pada layu bakteri.
  4. Apabila tanaman dicabut, pada pangkal batang tampak bagian berwarna tua hingga busuk melingkar seperti cincin (gambar 3).
  5. Adakalanya tidak ditemukan gejala busuk pada pangkal batang, tetapi jika batang bawah dibelah membujur akan tampak warna kecokelatan pada jaringan pembuluh tapis (floem) dan tidak didapati lendir sebagaimana infeksi bakteri (gambar 4).

Gambar 3:  busuk pangkal batang (crown root rot) akibat infeksi fusarium oxysporum

 

Gambar 4: kerusakan pembuluh tapis (floem) pada batang tomat oleh fusarium oxysporum.

 

Upaya Pencegahan :

Upaya pencegahan harus diprioritaskan manakala lahan yang akan ditanami mempunyai sejarah serangan layu fusarium di musim-musim sebelumnya.

  1. Pengolahan tanah dan pengaturan drainase yang baik.
  2. Pengapuran lahan saat olah tanah denga dolomit, dan mempertahankan pH tanah di atas 6, serta hindari pemakaian pupuk nitrat berlebihan selama musim hujan.
  3. Gunakan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) yang benar-benar terdekomposisi baik. Penggunaan trichoderma SP / gliocladiumdan asam humat (HUMALIT) yang dicampurkan pada pupuk kandang dapat pula membantu menekan menekan perkembangan fusarium.
  4. Meningkatkan daya tahan tanaman saat fase-fase kritis atau fase-fase peralihan terutama saat pembentukan bunga dan buah. Pada fase tersebut energi tanama terkuras drastis sehingga perlu asupan unsur P secara instan. Dianjurkan menggunakan BLOOMAX yang selain mengandung fosfat tinggi juga dilengkapi senyawa fenolat untuk meningkatkan resistensi tanaman.
  5. Meningkatkan ketebalan dinding sel tanaman terutama bagian bawah dengan pengocoran BLACK CALCIUM, di awal fase berbunga dengan dosis 4 gr per liter.
  6. Jika pada 2 musim terakhir tanaman selalu mengalami layu fusarium sebaiknya lakukan rotasi tanaman dengan tanaman lain yang tidak sefamili dengan solanaceae dan cucurbitae (timun, semangka, melon) setidaknya selama 1 – 2 periode untuk memutus siklus.

Pengendalian jika tanaman sudah terserang :

Fusarium tergolong fungi patogen yang cukup bandel terhadap fungisida. Maka manakala sudah tampak tanda-tanda serangan awal fusarium maka pengendalian kuratif harus segera dilakukan, diantaranya:

  1. Jika ditemui satu dua tanaman yang mulai layu segera lakukan blokade media dengan cara mencabut tanaman, ambil tanah bekas tanaman dan buang jauh dari lahan. Kocor bekas tanaman dengan fungisida tembaga.
  2. Pengocoran pangkal batang dengan fungisida berbahan aktif tembaga hidroksida yang dicampur kalsium karbonat (tidak larut air) dengan perbandingan 2 gr : 2 gr per liter air untuk tiap 4 - 5 tanaman (200 – 250 ml per tanaman).
  3. Aplikasi fungisida sistemik berbahan aktif benomil, mefenoxam, azoxistrobin, carbendazim, prochloraz (ambil 2 diantaranya untuk aplikasi penyemprotan daun secara selang seling).
  4. Dalam kondisi tanaman sakit seperti ini sementara tidak perlu berpikir meningkatkan produktvitas dengan ZPT atau pupuk daun karena merupakan tindakan sia-sia. Upayakan peningkatan daya tahan tanaman dengan BLOOMAX tanpa dicampur pupuk daun lainnya.

HUBUNGAN LAYU BAKTERI DAN LAYU FUSARIUM

Di lahan seringkali kami mendapati adanya kasus antara layu bakteri sekaligus layu fusarium. Di atas sudah disebutkan bahwa bakteri ralstonia solanacearum menginfeksi tanaman melalui luka pada tanaman. Dari luka tersebut mereka masuk ke dalam jaringan xilem dan menyebabkan “luka dalam”. Sedangkan fusarium menginfeksi tanpa harus melalui luka karena kemampuannya menghasilkan enzim yang mendekomposisi jaringan luar tanaman sehingga sel-sel kulit tanaman menjadi lunak dan membusuk.

Luka busuk tadi bisa menjadi jalan bagi bakteri untuk masuk menginfeksi tanaman. Dalam kasus ini infeksi fusarium disebut sebagai infeksi primer, sedangkan infeksi bakteri disebut sebagai infeksi sekunder. Ciri yang ditimbulkan adalah adanya kerusakan baik pada jaringa floem maupun xilem. Jika ini yang terjadi maka aplikasi fungisida harus dikombinasi dengan bekterisida secara berselang seling.

PEMULIHAN KONDISI TANAMAN

Harus kita katakan secara jujur seberapa tingkat keberhasilan kita dalam menangani permasalahan layu patogenik ini sangat tergantung pada upaya pencegahan atau antisipasi dan tindakan kuratif (penanganan saat serangan terjadi). Semakin kita jeli mengenali tanda-tanda gejala, semakin rajin kita melakukan langkah antisipasi, dan semakin dini kita melakukan tindakan kuratif maka peluang tanaman selamat terbuka lebar. Sebaliknya jika kita salah mengidentifikasi faktor penyebab, misalnya kita mengira itu serangan bakteri ternyata fusarium, maka langkah berikutnya yang kita ambil pun akan salah. Peluang untuk menyembuhkan tanaman akan semakin menipis.

Setelah kita berhasil menyelamatkan tanaman, langkah selanjutnya adalah memulihkan kondisi tanaman agar bisa kembali berkembang dengan normal. Satu hal yang perlu kita ingat bahwa patogen yang tadinya menyerang tidak sepenuhnya musnah oleh pestisida. Ancaman tetap selalu ada namun sudah berkurang jauh tingkat ancamannya. Maka perlakuan dengan pestisida (bakterisida untuk layu bakteri dan fungisida untuk fusarium) tetap dilakukan namun intensitasnya dikurangi menjadi 2 minggu sekali misalnya.

Upaya pemulihan tanaman yang baik akan membantu tanaman mengembalikan vitalitas dan resistensinya sehingga lebih tahan terhadap patogen.

  1. Kurangi pemupukan berlebihan terutama yang nitrat melalui tanah. Suplai unsur hara bisa dibantu melalui daun sesuai dengan fase. (Silahkan lihat produk-produk kami).
  2. Tingkatkan metabolisme tanaman dengan aplikasi MICRONSEL setiap 1 minggu sekali, bisa dicampurkan dengan pupuk hara makro lainnya (PRONUM / FOCUS P / FOCUS K) atau secara berselang seling.
  3. Jaga pH tanah dengan aplikasi dolomit yang dicampur HUMALIT / STARKA tiap 2 minggu sekali (dosis sesuai anjuran kemasan).

Untuk aplikasi pestisida yang lain silahkan sesuaikan dengan permasalahan hama dan penyakit yang ada, dan jangan terlalu banyak campuran varian pestisida dalam setiap penyemprotan. Rekan-rekan bisa membaca tulisan tentang Pedoman dalam Mencampur dan Memadukan Pestisida di sini>>


"Selamat bertani ! Semoga dengan usaha dan doa semua masalah bisa teratasi."