Memperpanjang Periode Petik Cabai Keriting
Widodo Dripp
Rabu,20 Februari 2019

Dengan manajemen pemupukan bersiklus menurut fase-fase tanaman, tanaman cabai merah keriting dapat diperpanjang masa petiknya hingga 3 periode.
Tanaman cabai merah merupakan tanaman semusim (annual). Namun di daerah beriklim tropis sebenarnya tanaman ini mempunyai potensi hidup dan menyelesaikan daur hidupnya hingga 1 tahun. Ada beberapa varitas cabai merah lokal yang dikenal mampu tumbuh dan berproduksi selama 1 tahun. Namun sejak diperkenalkan varitas-varitas hibrida yang didisain untuk mengoptimalkan produktivitas dalam 1 musim, banyak petani lebih memilih menggejot panen dalam 1 musim dengan masa petik antara 18 hingga 24 kali. Setelah tanaman mengalami penurunan kualitas hidup yang drastis karena penuaan sel-sel (senescence), baik karena tekanan lingkungan, hama dan penyakit, maupun karena pertimbangan ekonomis oleh petani hingga akhirnya selesailah 1 siklus hidup tanaman tersebut.
Sering dialami ketika selama masa tanaman produktif harga cabai sedang jatuh, namun menjelang akhir-akhir masa petik harga malah mulai merangkak naik. Tentu banyak petani akan berpikir untuk memperpanjang masa petik untuk memperoleh kesempatan harga panen yang tinggi.
Ada beberapa teknik yang pernah digunakan oleh petani untuk memperpanjang masa panen cabai hingga 2 sampai 3 periode. Bukan hal yang mustahil jika tanaman cabai mampu hidup dan berproduksi selama hampir 1 tahun. Setelah periode petik pertama usai, tanaman masih dapat ditumbuhkan tunas-tunasnya, dipelihara hingga berbunga dan berbuah lagi. Periode panen yang kedua ini bisa jadi buahnya lebih lebat dibanding yang pertama. Total panen yang dihasilkan pun meningkat antara 50 % sampai 80 %.
Teknik yang digunakan sebenarnya menitikberatkan pada manajemen fase tanaman dan pemupukan bersiklus. Pada prinsipnya tanaman cabai keriting mempunyai potensi umur hingga 15 bulan jika kebutuhan nutrisinya tepenuhi dengan tepat, kondisi lingkungan mendukung, gangguan hama dan penyakit terkendali. Teknik ini memerlukan persyaratan yang harus benar-benar dipenuhi antara lain tanah diolah dengan baik, menggunakan mulsa, pengairan tercukupi, kecukupan bahan organik bagi tanah dengan pupuk kandang, serangan hama dan penyakit terkendali, kebersihan lahan bersih dari gulma, dan pH tanah mendekati seimbang atau netral, hindari penggunaan hormon / ZPT secara rutin. Adapun yang perlu dipersiapkan diantaranya :
- Memilih varitas benih yang adaptif dengan kondisi klimat dan topografi setempat. Umumnya benih lokal lebih mampu bertahan dibanding hibrida tetapi dari segi produktivitas dan ketahanan buahnya masih di bawah hibrida.
- Pengelolaan lahan secara tepat dengan memperhatikan musim, tekstur tanah, drainase, kecukupan bahan organik, ketersediaan mineral hara hingga derajat keasaman (pH).
- Penggunan plastik mulsa adalah suatu keharusan.
- Antisipasi pemenuhan kebutuhan air untuk musim kemarau, karena umur berlangsung dalam 2 musim.
- Perhatikan usia bibit semai siap tanam. Jangan terlalu tua dan jangan terlalu muda. Benih yang siap ditanam mempunyai ciri warna cokelat pada batang bagian bawah dan akar sudah berkembang. Bibit yang terlalu lama di persemaian akar tunjangnya terlalu panjang sehingga menekuk ke samping, ini akan menghambat fase vegetatif awal, dan mengganggu pembentukan tunas.
- Persiapan sarana produksi pertanian berupa pupuk organik, dolomit atau pembenah tanah jenis penukar ion (zeolit / bentonit), pupuk makro slow release dan fast release, pupuk foliar, pestisida yang terdiri dari insektisida spektrum luas dan fungisida multi site. Untuk pestisida spesifik melihat perkembangan hama dan penyakit nantinya.
- Pemberian pupuk lewat siraman akar atau kocoran lebih baik karena lebih cepat direspon oleh tanaman.
Memperpanjang Periode Panen
Metode pemupukan bersiklus artinya mengatur pemberian pupuk dengan komposisi yang disesuaikan kebutuhan tiap-tiap fase tumbuh tanaman hingga akhir masa petik, kemudian siklus pemupukan diulang untuk mengembalikan fase tumbuh tanaman seperti awal. Ada 5 fase tumbuh tanaman cabai keriting sejak ditanam di lahan yaitu:
- Fase adaptasi yaitu saat bibit cabai baru dipindah dari persemaian ke lahan. Pada fase tersebut tanaman mengalami adaptasi di lingkungan yang baru, memantapkan sistem perakaran dan belajar mengeksplorasi media tanamnya yang baru berupa tanah. Fase ini tanaman belum banyak membutuhkan hara dan cukup memanfaatkan unsur-unsur hara yang ada di tanah.
- Fase pertumbuhan awal, dimana titik-titik tumbuh mulai aktif diantaranya tunas terminal / apikal, pembentukan akar primer dan lateral, dan pembentukan lignin (jaringan kayu pada batang).
- Fase vegetatif lanjut, yaitu disaat tanaman mulai tumbuh percabangan, munculnya tunas-tunas lateral atau tunas-tunas samping di batang dan ketiak daun, serta terbentuknya serabut akar.
- Fase blooming / berbunga, saat sebagian besar tanaman sudah berbunga.
- Fase generatif atau berbuah, saat pertumbuhan vertikal dan horisontal mulai menurun, sebagian bunga sudah menjadi calon buah, berlanjut hingga buah bisa dipetik dan bunga masih terus bermunculan.
Pada tiap-tiap fase tersebut komposisi unsur hara yang dibutuhkan tanaman berbeda-beda. Fase pertumbuhan awal banyak membutuhkan unsur N tinggi dalam bentuk nitrat dan amonium yang berimbang, unsur P sedang, dan unsur K rendah. Fase vegetatif lanjut, membutuhkan unsur N tinggi dalam bentuk nitrat dan amonium, P dan K rendah ditambah unsur S. Pada fase primordia bunga membutuhkan unsur P tinggi, N dan K sedang ditambah Mg dan Ca. Sedangkan pada fase generatif banyak membutuhkan unsur K, P sedang, N rendah, B dan Mg. Pemberian unsur mikro tidak boleh diabaikan karena unsur mikro turut berperan dalam metabolisme tanaman, menjaga kondisi tanaman serta penting bagi regenerasi sel-sel tanaman. Saat tanaman mencapai akhir fase generatif atau saat buah hampir habis tanaman bisa dikembalikan lagi ke fase kedua yakni fase pertumbuhan lanjut untuk menumbuhkan tunas-tunas baru dan selanjutnya hingga berbunga dan berbuah lagi.
Teknik yang digunakan adalah mengatur komposisi pupuk sesuai fase-fase tanaman. Untuk memudahkan pengaturan dan mempercepat penyerapan, pupuk diberikan dengan cara kocoran.
Pupuk dan Perlakuan Tiap Fase
Sebelumnya perlu diketahui bahwa perlakuan yang dijelaskan di sini adalah standar perlakuan yang menitikberatkan pada pemberian nutrisi (pupuk / hara). Untuk pengendalian hama dan penyakit bisa dibaca pada artikel tersendiri.
Fase Adaptasi
Fase ini berlangsung cukup singkat. Antara 5 hari hingga 1 minggu. Pada fase ini belum banyak yang perlu dilakukan dalah hal pemberian pupuk, selain menjaga kondisi tanah tidak kering dan antisipasi hama serangga yang biasanya merusak batang muda. Tanaman saat itu dalam keadaan rentan dan sensitif. Pengamatan perlu dilakukan pada pucuk tanaman dan batang muda. Ketika tunas sudah mulai tumbuh dan pada batang batang telah terbentuk lignin atau jaringan kayu berwarna cokelat muda maka saat itulah tanaman sudah memasuki fase selanjutnya.
Pada fase pertumbuhan awal (starting)
Fase ini disebut starting grown dimulai sejak tanaman lepas dari masa stagnasi, kurang lebih 5 – 7 hari setelah pindah tanam. Kebutuhan pupuk pada fase ini tidak terlalu mutlak karena ketersediaan hara dari tanah dan pupuk dasar yang diberikan sebelumnya masih mencukupi. Pemupukan susulan pada fase ini dimulai pada umur 15 hari setelah tanam diberikan komposisi pupuk sebagai berikut :
Per 100 liter air :
- NPK 15-15-15 soluble = 800 gram
- ZA (amonium sulfat) = 100 gr
- KNO3 putih (14-0-46) = 100 gr
- Larutkan ke dalam 100 liter air.
- Tambahkan HUMALIT (pembenah tanah humic acid) / STARKA (kalium humat) 100 gram.
- Kocorkan 200 ml larutan tersebut untuk tiap batang.
Perlakuan penting :
- Aplikasi ORBIOS (pupuk organik cair berbasis enzim metabolisme) untuk penyemprotan daun setiap 7 hari sekali.
- Aplikasi SPIN (ZPT gibberellin & sitokinin) pada daun 1 kali.
Pada fase vegetatif lanjut
Dimulai 22 hari setelah pindah tanam. Ciri yang terlihat batang tanaman sudah membentuk jaringan kayu (lignin) secara jelas, membentuk cabang-cabang, pertumbuhan tunas-tunas lateral (tunas ketiak), menjelang akhir fase ini ada kalanya sudah terbentuk bunga yang disebut bunga promordial tetapi belum banyak. Komposisi pupuk yang diberikan per 100 liter air :
- NPK 15-15-15 soluble = 1200 gram
- ZA (amonium sulfat) = 250 gr
- MAP (monoammonium phosphate) = 75 gr
- Larutkan dalam 100 liter air.
- Tambahkan HUMALIT / STARKA 200 gram.
- Tiap 1 liter dikocorkan untuk 4 tanaman (250 ml per batang)
- Ulangi aplikasi tiap 7 – 10 hari hingga tanaman memasuki fase berbunga.
Perlakuan penting :
- Aplikasi ORBIOS untuk penyemprotan daun setiap 7 hari sekali.
- Aplikasi penyemprotan BLACK CALCIUM (kalsium humat plus mikro element) 2 kali di fase ini, dimulai saat awal fase dengan pengulangan 7 hari setelahnya. Tujuannya untuk menunjang pembentukan dinding sel yang lebih kuat.
Pada fase berbunga,
Dicirikan dengan banyaknya percabangan yang terbentuk, dan pada cabang-cabang dewasa sudah mulai muncul bunga. Pada fase ini mulai terjadi pengalihan sintesis karbohidrat dari pembentukan liginin ke organ-organ reproduktif (bunga dan calon buah). Energi yang dikerahkan cukup tinggi sehingga kondisi daya tahan tanaman mulai menurun dan rentan terhadap dampak serangan hama dan penyakit. Fosfat sangat dibutuhkan kehadirannya pada fase ini. Lakukan pengendalian hama dan penyakit dengan merujuk pada petunjuk DI SINI.
Komposisi pupuk yang diberikan :
- NPK 15-15-15 soluble = 1200 gram
- MAP (monoammonium phosphate) = 100 gr
- MKP (Monokalium phosphate) = 100 gr
- Larutkan dalam 100 liter air.
- Tambahkan HUMALIT / STARKA 200 gram.
- Tiap 1 liter dikocorkan untuk 4 tanaman (250 ml per batang)
- Ulangi aplikasi tiap 7 – 10 hari hingga tanaman memasuki fase generatif dimana sebagian besar bunga sudah menjadi calon buah.
Perlakuan penting :
- Aplikasi ORBIOS dan FOCUS P (fosfat magnesium instan konsentrasi tinggi) untuk penyemprotan daun setiap 7 hari sekali.
- Selingi penyemprotan BLACK CALCIUM 2 kali di fase ini, dimulai saat awal fase dengan pengulangan 7 hari setelahnya. Tujuannya untuk memperkuat tangkai bunga agar tidak mudah rontok.
- Usahakan penyemprotan dengan nosel menghadap ke atas dengan sasaran bagian bawah daun, partikel air mengabut, dan upayakan penyemprotan seminimal mungkin kontak langsung dengan bunga agar penyerbukan tidak terganggu.
Pada fase generatif
Yaitu masa berbuah. Pada fase ini sebagian besar bunga telah menjadi buah, sementara bunga masih terus bermunculan. Pertumbuhan tunas-tunas baru berkurang drastis atau stagnan. Komposisi pupuk terdiri dari :
- Jika musim kemarau :
- NPK 15-15-15 soluble = 1500 gram
- MKP (Monokalium phosphate) = 200 gr
- KNO3 putih (16-0-46) = 150 gr
- Jika musim penghujan :
- NPK 15-15-15 soluble = 1500 kg
- MKP (Monokalium phosphate) = 200 gr
- ZK = 200 gr
- Larutkan dalam 100 liter air.
- Tambahkan STARKA 2 gram per liter larutan diatas.
- Tiap 1 liter dikocorkan untuk 4 tanaman (250 ml per batang)
- Aplikasi diulangi tiap 3 kali petik hingga buah hampir Selama fase ini pertahankan kondisi kesehatan tanaman, kendalikan hama dan penyakit, dan pertahankan titik-titik tumbuh.
Perlakuan penting :
- Aplikasi ORBIOS dan FOCUS K (kalium boron instan konsentrasi tinggi) untuk penyemprotan daun setiap 4 hari sekali.
- Selingi penyemprotan BLACK CALCIUM di fase ini, dimulai saat awal fase dengan pengulangan 7 hari setelahnya. Tujuannya untuk mencegah kerontokan buah, mencegah busuk pangkal buah serta meningkatkan daya simpan hasil panen.
- Usahakan penyemprotan dengan nosel menghadap ke atas dengan sasaran bagian bawah daun, partikel air mengabut, dan upayakan penyemprotan seminimal mungkin kontak langsung dengan bunga karena penyerbukan bunga pada fase ini masih terus berlangsung.
Periode-periode Selanjutnya
Disaat buah mulai berkurang persiapkan tanaman untuk memasuki periode kedua. Pada fase ini biasanya tanah sudah mulai jenuh dengan garam-garam mineral pupuk yang tidak terserap tanaman. Untuk membenahi tanah lakukan pengocoran dolomit 5 gr per liter + asam humat HUMALIT 2 gram per liter dan ORBIOS 4 ml per liter, siramkan pada pangkal batang / perakaran 250 ml per tanaman. Jangan dicampurkan dengan pupuk kimia (NPK).
Selanjutnya paling cepat 3 hari setelahnya mulai lakukan pemupukan dengan komposisi sebagaimana Fase Vegetatif Lanjut namun tiap liter larutan diberikan untuk 3 tanaman. Selain itu ada penambahan MICRONSEL (pupuk mikro chellated) pada aplikasi penyemprotan pupuk melalui daun. Ulangi setiap interval 5 hari sekali hingga muncul tunas-tunas baru. Dan ketika tunas sudah optimal, lanjutkan dengan pemupukan Fase Berbunga, demikian seterusnya.
Keterangan
- Tingkat keberhasilan sistem tersebut di atas sangat tergantung pada kondisi kesehatan tanaman dan kondisi tanah sebagai media tanam (pH, kelembaban, kejenuhan garam pupuk, aerasi, drainase).
- Untuk itu pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara intensif sejak awal. Silahkan merujuk pada artikel ini.
- Untuk pengkondisian tanah silahkan merujuk pada artikel ini.
- Tipe tanah (jenis, tekstur, agregat dll) juga mepengaruhi pemupukan. SOP di atas ideal untuk tipe tanah entisol (yg berasal dari pelapukan material vulkanik) atau tanah lempung ringan yang sering ditanami, dengan penambahan cukup bahan organik, mampu mengikat air dan bertekstur poros dengan drainase yang baik, kisaran pH 6-7.
- Salah satu kunci keberhasilan memperpanjang periode petik cabai merah ini juga terletak pada aplikasi pupuk organic enzim ORBIOS. Berbeda dengan pupuk daun kimia, ORBIOS mempunyai kandungan enzim dan hormon tumbuh alami. Enzim berfungsi sebagai katalisator (perubah) untuk mengoptimalkan proses metabolisme dalam jaringan tanaman, yaitu proses pengubahan unsur-unsur sederhana (hara dan gas) menjadi senyawa kompleks hingga mengarah pada terbentuknya organ-organ tanaman. Berkurangnya kandungan enzim dalam tanaman menyebabkan tanaman tidak mampu memproses unsur hara menjadi bentuk senyawa organik sehingga seolah-olah tanaman tidak mengalami perubahan signifikan saat diberikan pupuk, dan jika dipaksakan pemupukannya tanaman bisa saja mengalami keracunan. Aplikasi ORBIOS dapat dikombinasi dengan pestisida berbentuk EC, WP, SC, WSC.
- Untuk menghemat waktu, dosis dan membantu performa aplikasi dapat menggunakan campuran GLOSS, terutama saat musim kemarau agar larutan cepat terserap tanaman sebelum mengering oleh terik matahari.
- Jika terjadi kerontokan bunga dan buah semprotkan BLACK CALCIUM sesuai dosis anjuran. Sedangkan jika terjadi hujan pada malam hari dianjurkan keesokan harinya tanaman disemprot dengan KLINOP (mineral kationik pelapis tanaman dan penetral pH permukaan) untuk menetralkan permukaan tanaman, menyerap kelebihan nitrat dan menghambat pertumbuhan spora jamur patogen. Harap diketahui hujan pada malam hari mengandung asam nitrat dan sulfat yang dampaknya membuat sel-sel tanaman menjadi turgid (mudah membengkak dan menyerap cairan terlalu banyak) dan rentan terhadap patogen terutama fungi.
Catatan : Tingkat keberhasilan cara di atas bisa bervariasi tergantung tipe lahan, kualitas benih dan pupuk makro yang dipakai, kendala hama dan penyakit, iklim dan cuaca serta ketekunan aplikator. Silahkan baca artikel-artikel kami yang lainnya sebagai pendukung.
"Selamat berkarya. Sukses bisa berawal dari mencari pengetahuan dan mencobanya."
KATEGORI : |
---|
Wawasan & Edukasi |
Teknik Budidaya |
Kendala & Solusi |
Inspirasi & Rujukan |
ARSIP : |
---|
Desember 2018 |
Maret 2019 |
Januari 2020 |
Mei 2021 |
Desember 2022 |
PRODUK TERKAIT : |
---|